Cara Membaca Puisi untuk Membuat Penonton Terpukau

Puisi yang dibacakan dapat lebih dihayati, baik oleh pendengar ataupun pembacanya jika diperhatikan aspek lafal, nada, intonasi, dan tekanannya. Lafal meliputi kejelasan kita dalam mengucapkan kata-kata puisi. Nada meliputi cara suasana kita membawakan puisi yang bernuansa sedih, semangat, atau bahkan syahdu.

Cara Membaca Puisi untuk Membuat Penonton Terpukau


Adapun intonasi puisi yang dibacakan menyangkut bagaimana kita membuat jeda antarkata ataupun antarbaris dalam puisi. Intonasi harus kita perhatikan karena menyangkut kapan kita harus berhenti dalam membacakan kata-kata puisi. Selanjutnya, tekanan menyangkut kapan kita harus menaikkan atau menurunkan tinggi rendahnya puisi yang kita deklamasikan.

Pembacaan puisi yang penuh penghayatan kadang membuat pendengar terbawa atau terhanyut dalam isi puisi. Seseorang yang mendeklamasikan puisi dengan memenuhi kaidah lafal, nada, intonasi, dan tekanan akan membuat puisi itu lebih bermakna dan dihayati oleh pendengar. Salah satu penyair yang ahli mendeklamasikan puisinya adalah Sutardji Calzoum Bachri. Ia selalu membawakan puisinya seakan masuk dunia lain yang sangat puitis dan begitu indah didengar. Apakah Kalian mengenal penyair lain yang sering membacakan puisinya dengan baik?

Bagaimanakah cara mendeklamasikan puisi yang baik itu? Berikut ini teknik dasar yang dapat Kalian praktikkan untuk berlatih mendeklamasikan puisi.

1. Kenali dulu gaya atau jenis puisi tersebut. Misalnya, puisi yang berisi perjuangan nantinya harus dibawakan dengan gaya semangat. Adapun jika puisi tersebut berisi hal yang penuh nilai-nilai religius dapat dibawakan dengan suasana syahdu.

2. Hayati dan pahami isi puisi dengan interpretasi Kalian sendiri. Hal ini akan membantu Kalian merasakan bahwa puisi yang dibawakan nantinya akan menyatu dengan sanubari Kalian sendiri.

3. Selanjutnya, Kalian dapat membaca secara berulang-ulang isi puisi tersebut. Mulanya, mungkin Kalian bisa membacanya dalam hati kemudian mengucapkan secara bergumam. Selama menghayati dengan membaca berulang-ulang, janganlah Kalian terpengaruh oleh suasana sekeliling. Tanamkanlah dalam diri bahwa Kalian bisa masuk dalam isi dunia puisi tersebut. Dengan begitu, Kalian akan menyatu dengan keseluruhan bait puisi dan makna di dalamnya secara penuh.

4. Lakukanlah latihan membaca puisi dengan berulang-ulang. Sebelumnya, Kalian dapat memberi intonasi, tekanan, atau nada pada puisi yang akan Kalian bacakan. Hal ini nantinya akan membantu Kalian dalam mendeklamasikan isi puisi dengan pembawaan sepenuh hati. Sebagai langkah awal, lakukanlah latihan di depan cermin. Dalam hal ini, Kalian sekaligus dapat menilai gesture serta mimik Kalian sendiri.

Salah satu ciri khas puisi adalah nada serta irama yang ada dalam setiap kata-katanya. Oleh sebab itu, seringkali kegiatan membaca puisi diperlombakan dengan istilah deklamasi puisi. Dalam Pelajaran ini, Kalian akan berlatih membacakan puisi. Sebelumnya, Kalian harus memahami terlebih dahulu teknik-teknik pembacaan Puisi.

Sebagai bahan latihan, di bawah ini ada sebuah puisi untuk bahan latihan. Coba baca dengan saksama. Hayatilah maknanya.

Pada Suatu Hari Nanti 
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri 
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati 
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari 
Karya Sapardi Djoko Damono
Sumber: Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni, 1994


Dalam puisi tersebut, digambarkan jiwa penyair tidak akan pernah mati di mata dan di hati apresiatornya. Jiwa penyair akan selalu abadi meski sang penyair telah meninggalkan alam fana ini. Mengapa demikian? Segala harapan dan impiannya tentang hidup dan kehidupan, termasuk kesepian dan kesunyian, telah dikristalkan lewat larik-larik puisi yang ditulisnya dengan rasa kecintaan mendalam. Kecintaan itu adalah kecintaan terhadap hidup, baik pada yang kelak akan musnah maupun yang abadi. Hal tersebut menggerakkan sang penyair untuk terus menghasilkan puisi-puisinya.

Tentunya Kalian telah memahami kira-kira bagaimana pembacaan puisi dengan baik. Kalian dapat menentukan bagaimana lafal, nada, tekanan, hingga intonasi yang baik. Misalnya, puisi tersebut dibacakan dengan lafal yang jelas dan nada yang begitu syahdu. Adapun tekanannya digunakan di berbagai baris tertentu dengan intonasi yang jelas di bagian tertentu pula. Berikut ini contoh penggunaan jeda agar intonasi dalam puisi bisa dibacakan dengan baik.

Pada suatu hari nanti//
Jasadku tak akan ada lagi//
Tapi/ dalam bait-bait sajak ini/
Kau takkan kurelakan sendiri//

Pada suatu hari nanti//
Suaraku tak terdengar lagi//
Tapi/ di antara larik-larik sajak ini/
Kau akan tetap kusiasati//

Pada suatu hari nanti//
Impianku pun tak dikenal lagi//
Namun/ di sela-sela huruf sajak ini/
Kau takkan letih-letihnya kucari//

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan Mekanisme Fagositosis

Pengertian dan Perbedaan BI-RTGS dan SKNBI

Ganggang Hijau (Chlorophyta) - Definisi, Penjelasan, Proses , dan Contoh